Tes Pengukuran Daya
Tahan Kardiovaskuler – Bagaimana cara mengukur daya tahan kardiovaskuler? Sobat
pembaca pertanyaan ini sering menjadi perbincangan di kalangan mahasiswa semester
pertengahan. Daya Tahan Kardiovaskuler adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif
dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan
kontraksi otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
Banyak penelitian membuktikan bahwa olahragawan yang terlatih mempunyai
volume denyut nadi yang lebih besar daripada orang yang tidak terlatih, dilihat
pada saat istirahat. Hal ini disebabkan jantung seorang olahragawan lebih kuat
daripada orang-orang yang tidak terlatih. Hal ini juga berpengaruh dengan hal
kapasitas vitalnya, bahwa orang yang terlatih kapasitas vitalnya jauh lebih
besar dari orang yang tidak terlatih.
Denyut jantung dan nadi seseorang akan
meningkat disebabkan ada peningkatan aktivitas dari orang itu. Peningkatan
denyut jantung orang yang mempunyai kondisi fisik yang kurang akan lebih cepat
daripada orang yanag memiliki kondisi fisik yang baik dan terlatih. Bisa diartikan
apabila orang yang kondisi fisiknya kurang akan cepat mengalami kelelahan
daripada orang yang terlatih.
Daya tahan kardiovaskular merupakan
komponen dasar dari kondisi fisik seseorang. Daya tahan kardiovaskular (daya
tahan paru jantung) merupakan komponen kebugaran yang komplek karena menyangkut
fungsi jantung, paru–paru, dan kemampuan pembuluh darah dan pembuluh kapiler
untuk mengirim oksigen ke seluruh bagian tubuh untuk membentuk energi guna
menjaga rutinitas latihan. Dalam pengukuran tes kardiovaskuler aspek yang
diukur meliputi denyut nadi dan tekanan darah. Kedua aspek tersebut merupakan
indikator yang menggambarkan mengenai kemampuan kardiovaskuler seseorang.
Berikut ini adalah tes
yang digunakan untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler:
1. Lari 1.500 meter dengan Fartlek
Pengertian
Fartlek
Sistem latihan fartlek atau speed play
diciptakan oleh Gotta Roamer dari Swedia. Pengertian fartlek adalah suatu sistem latihan ketahanan/endurance yang maksudnya adalah untuk membangun, mengembalikan atau
memelihara kondisi tubuh seseorang sehingga sangat baik bagi semua cabang
olahraga yang memerlukan daya tahan tubuh.
Fartlek disarankan
dilakukan di alam terbuka yang terdapat bukit-bukit semak belukar,
selokan-selokan yang dapat dilompati, tanah yang berpasir, tanah berumput,
tanah becek/lembek, dan sebagainya, bukan di alam yang rata dan yang
pemandangannya membosankan. Tempat yang tepat dilakukan dilaukukan di
pegunungan.
Cara Melakukan:
Biasanya dimulal dengan lari-lari pelan
yang kemudian divariasi dengan sprint pendek yang intensif dan dengan lari
jarak menengah kecepatan konstan yang cukup tinggi. Variasi dan kombinasi
tempo lari ini bisa dilakukan oleh atlet tergantung dari kondisi atlet apabila
terasa lelah boleh lari pelan-pelan bahkan boleh berjalan. Dan setelah merasa
kuat lagi bisa lari lagi atau sprint dan sebagainya. Oleh karena itu, sistem
latihan ini disebut dengan fartlek
yang artinya bermain-main dengan kecepatan. Latihan dilakukan di tanah lapang
yang sangat bervarlasi yaitu kira-kira 10-12 km dengan lari lambat diutamakan.
Walaupun demikian, lari-lari yang bervariasi sebaiknya diperpanjang pada
kecepatan yang sedang atau (200-600) m, lari cepat (100-150) m, lari dipercepat
(25-50) m, dan lari naik turun (40-80) m, lari-lari dengan variasi yang
berganti-ganti seperti diselingi dengan jalan sewaktu-waktu.
2. Interval Training
Interval training adalah bentuk latihan yang diselingi dengan istirahat pada
waktu tertentu (intervasi). Latihan bentuk
inidikembangkan oleh seorang dr.Woldemar Cersshler yang juga berprofesi sebagai
pelatih atletik dari Jerman. Interval training
adalah penyempurnaan dari latihan fartlek
dengan memberikan penekanan yang secara teliti pada saat menentukan jarak,
waktu istirahat, banyaknya ulangan (repetition)
dan waktu latihan. Latihan interval training ini juga menggunakan prinsip
penambahan beban latihan.
Contoh:
a. Jarak lari ditentukan: 1600 m ( 4x keliling lintasan lari)
b. Ulangan (repetition) : 4x, yaitu 4x 400 m
c. Waktu untuk menempuh jarak (400 m): 90 detik
d. Waktu istirahat : 120 detik
Untuk awalan lari bisa menggunakan 2-3
kali dahulu, kemudia untuk seterusnya 4 kali pengulangan. Dalam hal ini atlet
diharuskan menempuh jarak 400 m dengan watu tempuh 90 detik, kemudian
dilajutkan jalan selama 120 detik, baru dilanjutkan lari untuk putaran kedua,
istirahat lagi dan seterusnya sampai selesai 4x 400 m lari. Begitu pula untuk
seterusnya latihan dilakukan akan tetapi waktu istirahatnya semakin lama
semakin dikurangi dari 120 detik menjadi 90 > 60 > 50 detik dan
seterusnya sampai tujuan program akhir tercapai yaitu 4x 400 m tanpa istirahat
(1600 m).
Untuk memperberat komposisi latihan, disamping
dengan cara pengurangan watu istirahat dapat juga dengan meningkatkan bentuk
istirahat dari jalan, jalan cepat atau lari kecil. Cara meningkatkan beban
dapat juga dengan cara memperberat salah satu dari faktor-faktor diatas,
contohnya:
a. Jarak tempuh yang
ditambah
b. Pengulangan yang
diperbanyak
c.Waktu semakin
dipercepat
3. Areobik
Aerobik adalah suatu sistem altihan yang mendorong kerja
jantung, darah, dan paru-paru untuk periode waktu yang cukup untuk menghasilkan
perbaikan-perbaikan dan keadaan tubuh. Dari berbagai macam tes yang ada maka yang paling mudah dan
sering digunakan adalah tes lari 12 menit. Tes 12 menit dilakukan dengan cara
berlari di tempat yang rata dan memungkinkan untuk diukur jaraknya. Dalam lari
ini diperbolehkan untuk berjalan kaki apabila lelah. Apabila waktu 12 menit
telah habis maka segera diberi tanda pada titip yang dicapai tadi (tempat
berhenti). Bisa diukur berapa jarak yang dapat ditempuh selama 12 menit tadi.
4. Harvard Step-Ups Test
Tes ini adalah pengukuran untuk mengetahui
kemampuan aerobik yang dibuat oleh Brouha pada tahun 1943. Ada beberapa istilah
seperti kemampuan jantung-paru, daya tahan jantung-paru, aerobic power,
cardiovascular endurance, cardiorespiration endurance, dan kebugaran aerobik
yang kesemuanya mempunyai arti yang kira-kira sama. Penelitian ini dilakukan di
Universitas Harvard, USA, jadi nama tes ini dimulai dengan nama Harvard. Inti
dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik turun bangku selama 5 (lima)
menit.
Pelaksanaan:
1. Tinggi bangku 20
feet (50 cm).
2. Irama langkah pada
waktu naik turun bangku (NTB) adalah 30 langkah per menit, jadi 1 (satu)
langkah setiap 2 (dua) detik.
3. 1 (satu) langkah
terdiri dari 4 (empat) gerakan/hitungan:
a. Hitungan 1 : Salah
satu kaki diangkat (boleh kanan atau kiri terlebih dahulu tetapi konsisten),
kemudian menginjak bangku. (Asumsi kaki kanan).
b. Hitungan 2 : Kaki
kiri diangkat lalu berdiri tegak di atas bangku.
c. Hitungan 3 : Kaki
yang pertama menginjak bangku pada hitungan 1 (asumsi kaki kanan) diturunkan
kembali ke lantai.
d. Hitungan 4 : Kaki
kiri diturunkan kembali ke lantai untuk berdiri tegak seperti sikap semula.
4. Ganti langkah
diperbolehkan tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) kali.
5. Supaya irama
langkah ajeg/stabil, maka digunakan alat metronome.
6. NTB dilakukan
selama 5 (lima) menit. Saat aba-aba stop, tubuh harus dalam. keadaan tegak.
Kemudian duduk dibangku tersebut dengan santai selama 1 (satu) menit.
7. Hitung denyut nadi
(DN) orang coba (testi) selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 1.
8. 30 detik kemudian
hitung kembali DN testi selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 2.
9. 30 detik kemudian
hitung kembali DN testi selama 30 detik. Dicatat sebagai DN 3.
10. Setelah
mendapatkan DN 1, DN 2, DN 3, maka data tersebut dimasukan kedalam rumus Indeks
kebugaran yang selanjutnya dikonversikan sesuai rumus yang dipilih.
11. Apabila testi
tidak kuat melakukan NTB selama 5 (lima) menit, maka waktu lama NTB tersebut
dicatat, lalu DN-nya diukur/dihitung sesuai dengan petunjuk pengambilan DN
tersebut.
Indeks Kebugaran
Rumus Panjang:
Durasi NTB (detik) x
100/2 (DN 1+DN 2+DN 3)
Indeks Kebugaran Kategori
Kebugaran
< 55 Jelek
55-64 Kurang dari
rata-rata
65-79 Rata-rata
80-89 Baik
≥90 Baik sekali
Rumus Pendek: Durasi
NTB (detik) x 100/(5,5 x DN 1)
Indeks Kebugaran
Kategori Kebugaran < 50 Jelek 50-80 Rata-rata >80 Baik.
5. Multi
Fitnes Test (MFT)
Multi fitnes test (
MFT ) adalah suatu jenis tes daya tahan atau Endurance yang tujuannya
untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi jantung dan paruparu yang ditunjukkan
melalui pengukuran konsumsi oksigen maksimum (VO2Max)
di Indonesia biasanya menyebutnya Tes Tung ( Bleep Test ). Satuan dari tes ini
yaitu cc/Kg bb/menit. Di dalam jenis tes ini terdapat beberapa kelemahan,
kelemahan tersebut yaitu tidak adanya perbedaan prosedur pelaksanaan atau norma
antara peserta atau orang coba laki-laki dan wanita. Yang kedua yaitu tidak
adanya perbedaan faktor usia di dalamnya.
Ketentuan tes MFT :
1) Pertama kita harus
menyiapkan kaset, tape atau VCD.
2) Menyediakan
stop watch, alat tulis, dan lintasan
3) Jarak lintasan
yang akan dilalui adalah 20 meter, tapi kita harus menyiapkan jarak minimal 30
meter.
4) Start bisa
dimulai dari garis manapun, tetapi ketika start kaki tidak boleh melebihi garis
start.
5) Ketika
pembalikan, salah satu kaki dan setengah dari tubuh harus melewati garis. Jika
lebih juga tidak apa-apa.
6) Dikatakan tes ini
selesai atau berhenti jika peserta telah melanggar atau tidak mengikuti perintah
dari kaset 2 kali berturut-turut
Semoga dengan artikel ini dapat berguna bagi sobat pembaca sekalian, jangan lupa like fanspage FB & share yaa. Terima kasih.
Semoga dengan artikel ini dapat berguna bagi sobat pembaca sekalian, jangan lupa like fanspage FB & share yaa. Terima kasih.
Wednesday, March 1, 2017
Atletik
Kajian Teori
pendidikan
Penjas
selamat sore, saya tertarik menjadikan materi anda sebagai bahan skripsi saya, bolehkah saya tau sumbernya darimana?
ReplyDeleteapakah menggunakan tes 6 minutes walking test juga dapat mengukur daya tahan kardiovaskuler seseorang?
ReplyDelete