Salam Olahraga - Berikut adalah Penjelasan dari Fungsi Bermain dalam Pendidikan.
Sobat pembaca, ada banyak para ahli mengungkapkan fungsi dari bermain namun teori-teori yang paling terkenal adalah sebagai berikut.
1. Bigot, Kohnstam, dan Palland (1950: 275-276)
Ketiga pakar ini berpendapat bahwa permainan mempunyai makna pendidikan, dengan uraian sebagai berikut:
a. Permainan merupakan salah satu dari banyak wahana untuk membawa anak kepada hidup bersama atau bermasyarakat. Anak akan memahami dan menghargai dirinya atau temannya. Pada anak yang bermain akan tumbuh rasa kebersamaan yang sangat baik bagi pembentukan rasa sosialnya.
b. Dalam permainan anak akan mengetahui kekuatannya, menguasai alat bermain, dan mengetahui sifat alat. '
c. Dalam permainan, anak akan mempunyai suasana yang tidak hanya mengungkapkan fantasinya saja tetapi juga akan mengungkapkan semua sifat aslinya, dan pengungkapan itu dilakukan secara patuh dan sopan.
d. Dalam permainan, amak mengungkapkan macam-macam emosinya dan sesuai dengan yang diperolehnya saat itu jenis emosi yang diungkapkannya, serta tidak mengarah kepada prestasi.
e. Dalam bermain anak akan dibawa kepada kesenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan dalam dunia kehidupan anak. Semua situasi ini mempunyai makna wahana pendidikan.
f. Permainan akan mendasari kerjasama, taat kepada peraturan permainan, pembinaan watak jujur dalam permainan, dan semua ini membentuk sifat fair play dalam bermain.
g. Bahaya dalam bermain dapat saja timbul dan keadaan ini akan banyak gunanya dalam hidup yang sesungguhnya.
2. Pendapat Huizinga (1950) karena masalah permainan dalam perluasannya merupakan gejala kebudayaan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan nahwa permainan itu mempunyai makna pendidikan praktis.
3. Montessori (Bigot, kohstamm, dan Palland, 1950:273) menyebutkan permainan sebagai alat untuk mempelajari fungsi. Rasa senang akan terdapat dalam segala macam jenis permainan, akan merupakan dorongan yang kuat untuk mempelajari sesuatu.
4. Bucher (1960: 48) berpendapat bahwa permainan yang telah lama dikenal oleh anak-anak, orang tua, laki-laki maupun perempuan mampu menggerakkan untuk berlatih, bergembira dan refleks. Permainan merupakan salah satu komponen pokok pada tiap program pendidikan jasmani, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus mengenal secara mendalam tentang seluk beluk permainan.
5. Cowell dan Hozeltn (1955: 146) mengatakan bahwa untuk membawa anak kepada cita-cita pendidikan maka perlu adanya peningkatan keadaan jasmani, sosial, mental dan moral anak yang optimal. Agar memperoleh peningkatan tersebut anak dapat dibantu dengan permainan, karena anak dapat menampilkan dan memperbaiki keterampilan jasmani, rasa sosial, percaya diri, peningkatan moral spiritual "lewat fair" play dan "sportmanship" atau bermain dengan jujur, sopan dan berjiwa olaheagawan sejati.
6. Drijarkara (1955: 15) mengutarakan bahwa dorongan untuk bermain itu pasti ada pada setiap manusia, akan tetapi lebih-lebih pada manusia muda. Sebab itu, sudah semestinya bahwa permainan digunakan untuk pendidikan.
7. Hadi Soekatna (Taman Siswa, 1956: 165). Mengemukakan bahwa memang kita kaum Taman Siswa mempunyai keyakinan setebal-tebalnya bahwa dengan permainan kanak-kanak sebagai alat pendidikan itu dapat membimbing anak kita ke arah kesempurnaan hidup kebangsaan semurni-murninya.
8. Rob dan Leertouwer (1950: 38) mengatakan bila seorang guru permainan menentukan dan menepati tujuan permainan, bahwa anak bermain untuk kesenangannya, para pemain akan bermain dengan senang, maka akan timbulah realitas yang harmonis dengan ditandai adanya ketertiban dan keteraturan, akan timbul banyak situasi pedagogik.
9. Rijsdorp (1971: 47) mengutarakan bahwa anak yang bermaian kepribadiannya akan berkembang dan wataknya akan terbentu juga.
Inilah beberapa fungsi bermain dalam pendidikan yang kami rangkum dari beberapa pendapat ahli. jika sobat pembaca ingin mengetahui sumbernya silahkan like fanspage FB kita, jangan lupa share juga yaa.. semoga bermanfaat.
5. Cowell dan Hozeltn (1955: 146) mengatakan bahwa untuk membawa anak kepada cita-cita pendidikan maka perlu adanya peningkatan keadaan jasmani, sosial, mental dan moral anak yang optimal. Agar memperoleh peningkatan tersebut anak dapat dibantu dengan permainan, karena anak dapat menampilkan dan memperbaiki keterampilan jasmani, rasa sosial, percaya diri, peningkatan moral spiritual "lewat fair" play dan "sportmanship" atau bermain dengan jujur, sopan dan berjiwa olaheagawan sejati.
6. Drijarkara (1955: 15) mengutarakan bahwa dorongan untuk bermain itu pasti ada pada setiap manusia, akan tetapi lebih-lebih pada manusia muda. Sebab itu, sudah semestinya bahwa permainan digunakan untuk pendidikan.
7. Hadi Soekatna (Taman Siswa, 1956: 165). Mengemukakan bahwa memang kita kaum Taman Siswa mempunyai keyakinan setebal-tebalnya bahwa dengan permainan kanak-kanak sebagai alat pendidikan itu dapat membimbing anak kita ke arah kesempurnaan hidup kebangsaan semurni-murninya.
8. Rob dan Leertouwer (1950: 38) mengatakan bila seorang guru permainan menentukan dan menepati tujuan permainan, bahwa anak bermain untuk kesenangannya, para pemain akan bermain dengan senang, maka akan timbulah realitas yang harmonis dengan ditandai adanya ketertiban dan keteraturan, akan timbul banyak situasi pedagogik.
9. Rijsdorp (1971: 47) mengutarakan bahwa anak yang bermaian kepribadiannya akan berkembang dan wataknya akan terbentu juga.
Inilah beberapa fungsi bermain dalam pendidikan yang kami rangkum dari beberapa pendapat ahli. jika sobat pembaca ingin mengetahui sumbernya silahkan like fanspage FB kita, jangan lupa share juga yaa.. semoga bermanfaat.
Sunday, February 26, 2017
Kajian Teori
Penjas
0 Response to Fungsi Bermain dalam Pendidikan
Post a Comment